Mengenal Sejarah Pempek, Cemilan Khas Palembang

Pempek, makanan yang terbuat dari tepung sagu dan ikan yang disajikan dengan cuko ini banyak digemari masyarakat Indonesia. Tapi, tahukah kamu sejarah dari pempek Palembang? Yuk, simak artikel berikut ini untuk mengenal lebih jauh sejarah pempek Palembang!

Asal Usul Nama Pempek

Hidangan pempek yang telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik kota Palembang sejak tahun 2014 ini sudah ada dari zaman dahulu kala. (Sumber: Warisan Budaya Kemendikbud)

Dilansir dari laman Travel Tempo, keberadaan pempek sudah dikenal sejak zaman dahulu pada masa kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu, masyarakat Palembang sudah mengenal tanaman sagu dan hal ini dikuatkan dengan penemuan Prasasti Talangtuo. 

Pada awalnya, pempek disebut dengan nama kelesan, nama ini diambil dari cara pembuatannya yaitu dengan cara di-keles atau ditekan-tekan agar sagu dan ikan bercampur jadi satu. Makanan ini biasa dibawa para pedagang sebagai bekal saat mereka berdagang.
Perubahan nama dari kelesan menjadi pempek baru terjadi sekitar tahun 1920-an. Saat itu ada salah seorang pedagang dari etnis Tionghoa bernama Apek yang menjual makanan. Orang-orang yang membeli dagangannya biasa memanggilnya dengan sebutan “Pek, Apek ..”. Lambat laun nama kelesan mulai berganti menjadi pempek karena masyarakat cenderung mengenal pempek berasal dari nama penjualnya.

4 Filosofi Pempek

  1. Tekstur kenyal sebagai simbol dinamis dan fleksibel

Tekstur kenyal dari pempek menggambarkan bahwa hidup harus luwes dan peka terhadap perubahan. Zaman yang terus berkembang menuntut setiap orang untuk bisa beradaptasi dengan perubahan kearah yang lebih positif. Jika menguasai dua hal ini, maka akan lebih mudah untuk beradaptasi sesuai berkembangnya zaman. 

  1. Cita rasa pempek melambangkan keseimbangan hidup

Perpaduan rasa guring dari pempek dengan rasa kuah cuko yang asam dan manis memberikan kelezatan dengan perpaduan rasa yang seimbang. Oleh karena itu, hidangan pempek dapat disajikan di berbagai acara karena rasanya yang cocok dengan lidah banyak orang. 

Begitu pula dengan manusia, menjalani hidup yang seimbang akan memberikan banyak manfaat, seperti menghindari stres, menjadi lebih produktif dan berdamai dengan diri sendiri. Hal tersebut dapat kita ditempuh jika bijak dalam mempertimbangkan berbagai hal, serta optimis bahwa hidup tentu akan indah jika kita bersabar dan berusaha. 

  1. Kuah cuko mengajarkan hidup lebih realistis

Kondisi hidup memang suka berubah-ubah, kadang merasa senang, dan kadang merasa sedih. Sama halnya seperti kuah cuko pempek, perpaduan rasa manis dan asam ini menjadi pengingat agar dapat menjalani kehidupan dengan realistis dan dapat meminimalisir kekecewaan terhadap mimpi dan harapan yang belum tercapai. Hidup realistis bukan berarti tidak optimis, kita dapat menjalani kehidupan dengan pantang menyerah. 

  1. Kualitas pempek yang menggambarkan kredibilitas

Rasa ikan pada pempek selalu dijaga kualitasnya agar memberikan cita rasa yang segar dan nikmat. Setiap individu sebaiknya bisa menjaga kualitas diri dan meningkatkan kemampuan agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Individu yang berkualitas tentu akan memiliki kredibilitas yang tinggi dalam hidupnya. Kredibilitas ini menjadi salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan, karena semakin berkualitas seorang individu maka semakin banyak orang yang akan mempercayai individu tersebut untuk menyelesaikan tanggung jawab.

Nah, itu dia sejarah pempek palembang dan 4 filosofi dari pempek yang bisa dipelajari dan diamalkan. Setelah mengetahui sejarah dan makna dari pempek, kamu bisa coba membuat kreasi pempek tanpa ikan dirumah dengan mengikuti resep di artikel ini. Selamat mencoba!

Jika kamu menyukai artikel ini, share juga ke teman-teman kamu ya :)
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments